POV : Kamu tidak suka melihat kesalahan pengetikan
Baru kali ini aku berani coret-coret buku yang aku beli. Sebenarnya, jujur aku tidak tega. Aku bahkan berencana membeli penanda khusus untuk memberi tanda di bukuku. Saking sukanya aku dengan buku-buku itu hingga aku tidak tega ada coretan sedikit pun.
Tapi, ternyata keresahanku semakin hari semakin besar, setiap kali aku baca buku itu dan menemukan kesalahan penulisannya, hatiku semakin galau. Aku tidak mampu melihat hal ini terjadi. Apalagi kesalahan itu bukan satu atau dua kali, tapi berkali-kali. Bayangkan, kamu ingin fokus mendalami isi buku, tapi kesalahan penulisan malah buat kamu tidak fokus dan resah.
Akhirnya, malam ini aku memutuskan untuk memberi tanda pada setiap kesalahan penulisan yang aku temui. Aku rela menggaris bawahi buku itu dengan spidol warna biru. Sekarang, aku seperti sedang mengoreksi tulisan siswaku. Berharap bisa benar-benar fokus mendalami isi buku, nyatanya fokusku kini malah terbagi.
Aku heran dengan editor yang menyunting naskah buku itu sebelum dicetak, padahal buku itu tidak begitu tebal, tulisannya pun tidak begitu padat dengan penjelasan panjang menggunakan bahasa atau istilah tertentu. Buku ini, menurutku adalah buku tersantuy yang pernah aku baca. Vibes nya remaja gen z sekali. Jadi, sebenarnya tidak begitu sulit untuk disunting.
Buku ini benar-benar bestseller, di shopee penjualannya sudah mencapai 10.000 buku, aku tidak tahu dengan e-commerce lain. Tetapi, dengan kualitas penulisan seperti itu, aku tidak bisa bayangkan satu dari sepuluh ribu pembaca buku itu juga memiliki keresahan yang sama seperti ku.
Sebenarnya aku bisa akui kalau buku ini bisa laku keras. Seperti yang ku jelaskan tadi, penjelasan dalam buku ini sangat santai dan menggunakan bahasa gaul anak zaman sekarang, sehingga sangat mudah dipahami. Aku bahkan baru pernah membaca buku tema agama dengan bahasa yang benar-benar santai seperti ini. Aku yakin, remaja yang membaca buku tersebut akan sangat mencintainya. Adikku Ona yang tidak suka baca buku pun, begitu baca buku ini langsung suka.
Aku sempat berpikir, jangan-jangan buku ini belum selesai disunting atau jangan-jangan editornya kurang fokus. Sangat kontras rasanya membandingkan buku ini dengan buku-buku agama lain yang pernah aku baca.
Meskipun begitu, jika aku diminta menilai buku itu, aku akan kasih rating 4/5 untuk keseluruhannya. Btw, aku dari tadi belum bilang bukunya kan, buku itu judulnya Self Healing With Quran dari Ummu Kalsum Iqt.
Komentar
Posting Komentar